Dari Yogyakarta ke Layar Edukasi: Perjalanan Ayu Fauziyyah dan Gizipedia
![]() |
| Sumber gambar: unsplash.com |
Isu gizi masih menjadi tantangan besar di Indonesia menjelang Masa Emas 2045. Meski angka stunting terus menurun, kesadaran masyarakat tentang pola makan sehat dan pemenuhan gizi masih perlu diperkuat. Di tengah arus informasi yang begitu cepat serta banjir konten di media sosial, lahir sebuah gerakan yang memilih jalur edukasi dengan pendekatan ringan, dekat, dan membumi. Gerakan itu dipelopori oleh Ayu Fauziyyah Adhimah melalui platform bernama Gizipedia.
Berasal dari Yogyakarta, Ayu melihat bahwa masalah gizi bukan hanya urusan tenaga kesehatan, melainkan persoalan sehari hari yang dialami banyak keluarga. Ibu hamil sering bingung menentukan asupan makanan yang tepat, orang tua membutuhkan panduan gizi anak, dan remaja kerap terpengaruh tren makanan viral yang belum tentu sehat. Melihat situasi ini, Ayu merasa edukasi gizi perlu dikemas lebih menarik agar mudah diikuti oleh masyarakat luas.
Mendirikan Gizipedia Indonesia, Sebuah Platform Edukasi Gizi di Indonesia
Pada September 2019, Ayu bersama Yusrina Husnul mendirikan Gizipedia Indonesia, kemudian di tahun 2023 bergabung Salsabila Fasya untuk memperkuat tim. Platform ini hadir sebagai ruang edukasi gizi berbasis komunitas. Gizipedia melibatkan ahli gizi dari berbagai latar belakang yang tergabung dalam Persatuan Ahli Gizi Indonesia atau PERSAGI. Tujuannya sederhana namun berdampak besar, yaitu menjadikan edukasi gizi lebih dekat, mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan masyarakat.
Gizipedia memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan konten edukasi. Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat diangkat menjadi materi pembelajaran yang ringan tetapi jelas. Misalnya perbedaan antara diet untuk menurunkan berat badan dengan pola makan sehat jangka panjang, pengaruh konsumsi gula berlebih pada anak, cara memahami label gizi, hingga dampak makanan ultra olahan terhadap kesehatan dan lingkungan. Konten disajikan dalam bentuk infografis, video edukasi, hingga sesi diskusi interaktif.
Tidak hanya hadir di ranah digital, Gizipedia juga aktif melakukan edukasi langsung melalui seminar dan pelatihan. Topik yang dibahas antara lain kesehatan ibu hamil, gizi balita, diabetes, dan pentingnya pola makan seimbang. Kegiatan ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk berdialog langsung dengan para ahli gizi sehingga pemahaman tidak berhenti pada teori, tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Ayu percaya bahwa edukasi yang menyentuh pengalaman langsung akan lebih membekas dan mudah diterapkan.
![]() |
| Sumber gambar : indonesiana |
Dedikasi Ayu dalam menggerakkan literasi gizi mendapat apresiasi besar. Pada tahun 2024, ia menerima penghargaan SATU Indonesia Awards sebagai bentuk pengakuan terhadap inovasi dan kontribusinya di bidang kesehatan melalui Gizipedia. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa gerakan yang dimulai dari komunitas kecil dapat berdampak luas bagi masyarakat.
Gizipedia menempati posisi penting di tengah maraknya informasi kesehatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Platform ini tidak hanya membagikan pengetahuan, tetapi juga meluruskan mitos dan misinformasi seputar gizi. Dengan demikian, masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam memilih makanan, menerapkan pola makan, dan merawat kesehatan keluarga. Ayu menegaskan bahwa peningkatan literasi gizi adalah kunci untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Kini, Gizipedia semakin berkembang dan memiliki komunitas pembelajar yang aktif berinteraksi. Ke depan, Ayu dan tim berencana memperluas jangkauan edukasi melalui kolaborasi dengan sekolah, tenaga kesehatan, pemerintah daerah, serta pelaku industri makanan dan minuman. Harapannya, literasi gizi tidak berhenti pada konten media sosial, tetapi masuk ke ruang keluarga, kantin sekolah, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Perjalanan Ayu Fauziyyah menunjukkan bahwa perubahan bisa berawal dari perhatian kecil terhadap masalah yang tampak sederhana. Ketika banyak orang melihat tren makanan dan gaya hidup sebagai hal yang lumrah, Ayu melihat peluang untuk menghadirkan solusi melalui edukasi. Dari Yogyakarta, ia membawa gagasan bahwa gizi bukan sekadar angka dan tabel, tetapi fondasi bagi masa depan bangsa.



0 Comments:
Posting Komentar